MEDIA NUCA – Di tengah kesulitan beras karena harga naik dan juga bencana alam yang terjadi di mana-mana, Presiden Joko Widodo malah memberi sinyal bahwa bantuan sosial (Bansos) yang selama musim politik ini digelontorkan akan dihentikan.
Hal itu dikatakan Jokowi saat menyalurkan ribuan paket bantuan beras kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, pada Kamis (22/2/2024) lalu.
“Harga beras di seluruh dunia naik. Saya akan melihat lagi APBN kita. APBN-nya kalau cukup,… [tak dilanjutkan] Tapi saya gak janji loh,” kata Jokowi.
Menanggapi pernyataan Presiden tersebut, co-captain Timnas AMIN, Sudirman Said meminta Presiden Jokowi berhenti mengaduk-aduk emosi warga karena warga saat ini sedang sulit akibat tingginya harga beras.
“Sebaiknya jangan terus mengaduk-aduk emosi warga ya. Ini orang lagi sulit nyari beras loh. Harganya mahal, diperolehnya sulit. Kemudian, orang diberi harapan akan ada bansos terus menerus, tiba-tiba ditiadakan,” kata Sudirman Said kepada wartawan pada, Kamis (22/2/2024).
Sudirman Said juga menyinggung perilaku tak etis jika bansos ini ternyata terbukti hanya kedok pemerintah untuk memenangkan paslon tertentu di pilpres 2024, lalu menarik kembali janji karena sudah ada indikasi paslon yang didukung menang pilpres.
“Apalagi kalau dikait-kaitkan dengan, karena sudah ada tanda-tanda kemenangan, kemudian janji yang sudah disampaikan itu ditarik kembali,” tegasnya.
Penyaluran bantuan paket beras diberikan sebanyak 10 kg/bulan untuk 22 juta keluarga penerima bantuan pangan (PBP).
Jumlah PBP itu berdasarkan data besaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE).
Bantuan sosial paket beras ini akan disalurkan hingga bulan Juni 2024, lalu pemerintah akan menunggu ketersediaan APBN untuk memutuskan dilanjutkan atau tidak seperti disampaikan presiden.
