MEDIA NUCA โ Selandia Baru resmi mengalami resesi teknis setelah produk domestik bruto (PDB) negara tersebut mengalami penurunan selama dua kuartal berturut-turut. PDB Selandia Baru turun sebesar 0,1% pada kuartal pertama 2023 setelah bank sentralnya menerapkan salah satu siklus kenaikan suku bunga paling agresif di dunia. Kondisi ini menunjukkan dampak dari kebijakan moneter yang agresif terhadap perekonomian negara tersebut.
Pada kuartal terakhir 2022, Selandia Baru juga melaporkan penurunan PDB sebesar 0,7%. Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi negara tersebut telah mengalami perlambatan sejak pemulihan pasca-pandemi yang kuat. Dana Moneter Internasional (IMF) telah mengeluarkan pernyataan mengenai kondisi tersebut, menyebut bahwa Selandia Baru berada di tengah-tengah pelambatan kebijakan yang diperlukan setelah pemulihan yang kuat.
IMF juga memperingatkan terhadap keputusan bank sentral untuk beralih ke langkah-langkah pelonggaran kebijakan moneter. IMF menyatakan bahwa Wellington masih harus mempertimbangkan kenaikan suku bunga lebih lanjut dan membiarkan pintu terbuka bagi langkah-langkah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Selandia Baru masih menghadapi tantangan dalam mengatasi resesi dan memulihkan pertumbuhan ekonominya.
Kondisi ekonomi dunia secara umum masih belum pasti dan dihadapkan pada tantangan ancaman resesi. Bank-bank sentral terus mengerek suku bunga acuan sebagai upaya mengatasi ketidakpastian tersebut. Meskipun proyeksi pertumbuhan ekonomi oleh Bank Dunia dan lembaga internasional lainnya sedikit dinaikkan, tetap ada tekanan ketidakpastian yang kuat.
Dengan Selandia Baru menjadi salah satu negara yang mengalami resesi teknis, situasi perekonomian dunia semakin genting. Para ahli dan pelaku pasar harus tetap waspada terhadap perkembangan ekonomi global dan mempertimbangkan langkah-langkah yang diperlukan untuk menghindari resesi yang lebih luas dan mempromosikan pertumbuhan yang stabil.
