MEDIA NUCA โ Direktur Editorial Vaticannews, Andrea Tornielli, membagikan pemikirannya tentang seruan berapi-api Paus Fransiskus agar Gereja menyambut semua orang, karena Tuhan mengasihi kita apa adanya.
Andrea menekankan kembali pesan yang begitu kaut dari Paus Fransiskus selama perjumpaan dengan ratusan ribu anak muda dari seluruh dunia di Lisbon Portugal kemarin Kamis (03/08/2023).
โAda ruang di Gereja untuk semua orangโฆ Semua orang, semua orang, semua orang!โ begitu Andrea menulis ulang seruan itu.
Menurutnya, Paus Fransiskus mendorong setengah juta orang muda yang menerimanya dengan hangat pada Kamis malam di Taman Edward VII Lisbon untuk mengulangi kata-kata tersebut berkali-kali memiliki alasan yang pantas kita cari tahu.
Menurut dia, Paus tampak direvitalisasi dan disegarkan oleh antusiasme yang menular dari muda/mudi yang, bersama dengan para klerus dan pendidik mereka, melakukan perjalanan ke Portugal dari seluruh dunia.
โUntuk semua orang, para todos,โ seru Paus Fransiskus. Pesannya dengan baik melambangkan sepuluh tahun pertama masa kepausannya โ masa kepausan yang dimulai di bawah panji belas kasihan.
Apa artinya menegaskan kembali bahwa ada ruang bagi semua orang di Gereja?
Sebagai penjelasan, Paus berkata, โTidak ada seorang pun yang tidak berguna; tidak ada seorang pun yang berlebihan; ada ruang untuk semua orang. Sama seperti kita, semua orang โฆ โTapi Pastor, aku orang jahat; aku orang berdosa: apakah ada ruang untuk saya?โ Ada ruang untuk semua orang.โ Karena, โTuhan mencintai kita; Tuhan mencintai kita apa adanya, bukan seperti yang kita inginkan atau seperti yang diharapkan masyarakat tentang kita.
Dia mencintai kita dengan kekurangan, keterbatasan, dan keinginan kita untuk maju dalam hidup. Tuhan memanggil kita dengan cara ini: percayalah karena Tuhan adalah seorang ayah, dan dia adalah seorang ayah yang penuh kasih, seorang ayah yang mencintai kita.โ
Andrea melanjutkan, ketika semua orang menyampaikan pendapat mereka dan tidak ada yang mendengarkan, ketika begitu banyak orang mencoba tampil sebagai sesuatu yang bukan diri mereka, tidak ada pesan yang lebih menarik dan revolusioner daripada apa yang diingatkan oleh Paus: Tuhan mencintai kita apa adanya, selalu mengampuni kita, menunggu kita dengan tangan terbuka, dan mengulurkan rahmat-Nya.
Kesadaran ini menurut Andrea, mewakili logika yang melampaui kapasitas manusia dan mencapai yang ilahi, yang kita pelajari dari perikop Injil tentang kisah Zakheus, pemungut cukai yang tidak disukai oleh semua orang di kota Yerikho. Terlepas dari pendapat orang lain tentang dirinya dan merasa ingin tahu tentang nabi Nazaret, Zakheus memanjat pohon ara dan menunggu Dia lewat, setengah tersembunyi di antara dedaunan.
Yesus memandangnya terlebih dahulu, mencintainya terlebih dahulu, dan mengundang diri-Nya sendiri ke rumah Zakheus, terlepas dari komentar memalukan dari para penonton.
Tidak ada prasyarat untuk menerima pelukan belas kasih Yesus. Tidak ada โinstruksiโ untuk diikuti, tidak ada kursus persiapan untuk diikuti, atau teknik untuk dipelajari.
Cukup hadir saat Dia lewat, berserah diri pada tatapan-Nya yang penuh cinta dan kasih sayang. Kita hanya perlu menghilangkan penghalang kita dan membiarkan Dia merangkul kita, mengenali Dia di hadapan para saksi yang Dia tempatkan di jalan kita setiap hari.
Itulah pandangan Ilahi menurut Andrea yang melampaui pola pikir mausiawi kita, yakni pengampunan dan belas kasih tanpa syarat yang oleh Paus Fransiskus ingin dijadikan sebagai roh yang memenuhi tubuh Gereja.
Gereja memiliki ruangan untuk semua orang, sama seperti Zakheus, yang memiliki hak istimewa untuk menjamu orang Nazaret di mejanya sendiri di rumahnya sendiri. Dia adalah kejutan yang belum pernah terjadi sebelumnya, hadiah gratis, yang dianugerahkan murni oleh kasih karunia.
Tatapan Yesus, panggilan-Nya, menjungkirbalikkan kehidupan Zakheus: karena dia dicintai tidak seperti sebelumnya, dia dapat memahami kedalaman dosa dan kerusakan dalam keberadaannya.
Dalam kisah Zakheus, kita belajar dan mengetahui bahwa pertobatan bukanlah prasyarat untuk menerima kasih dan pengampunan.
Dinamikanya justru terbalik, yakni bahwa pengalaman akan belas kasihan ilahilah yang membuatnya menyadari dosa dan kerusakannya sendiri. Pengalaman akan belas kasihan ilahi membuatnya sadar akan statusnya sebagai pendosa yang malang.
Andrea lalu menegaskan bahwa ajakan yang diangkat kembali oleh Paus Fransiskus itu โdi antara kaum mudaโ, adalah kunci evangelisasi hari ini.
Sebab menurut dia, apa lagi yang kita butuhkan jika bukan Seseorang yang memeluk kita apa adanya, membuat kita merasa istimewa, diinginkan, dicintai, dan diampuni? Apa lagi yang kita butuhkan jika tidak untuk diyakinkan: ada ruang untuk Anda juga, terlepas dari keadaan Anda?