MEDIA NUCA – Melansir The Jerusalem Post, tegangan antara umat Kristen dan Yahudi kembali terjadi menyusul beredarnya video yang merekam aksi sekelompok penganut Yahudi ultra-Ortodoks meludah ke tanah di samping prosesi umat Kristen asing yang membawa salib kayu di kota Tua Yerusalem, yang mereka yakini dilalui oleh Yesus Kristus sebelum penyalibannya.
Insiden ini memicu kemarahan publik, karena ini bukan yang pertama terjadi dan terjadi pada hari Sukkot – yang dirayakan umat Kristiani sebagai Hari Raya Pondok Daun – yang menarik ribuan peziarah Kristen setiap tahunnya ke Israel.
Hal yang semakin memicu kemarahan, Elisha Yered, seorang pemimpin pemukim ultranasionalis dan mantan penasihat anggota parlemen dalam koalisi pemerintahan Netanyahu, membela orang-orang yang meludah, dengan alasan bahwa meludahi pendeta Kristen dan gereja adalah “kebiasaan Yahudi kuno.”
“Mungkin karena pengaruh budaya Barat, kita agak lupa apa itu agama Kristen,” tulisnya di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
“Saya pikir jutaan orang Yahudi yang menderita di pengasingan akibat Perang Salib… tidak akan pernah lupa,” katanya.
Seiring video dan komentar Yered menyebar dengan cepat di media sosial, gelombang kecaman juga meningkat.
Menteri Luar Negeri Israel, Eli Cohen, cepat-cepat memberi pernyataan tegas bahwa aksi meludahi umat Kristen “tidak mewakili nilai-nilai Yahudi.”
Menteri Agama negara itu, Michael Malkieli, yang merupakan anggota partai ultra-Ortodoks Shas, senada dengan menlu Israel berpendapat bahwa meludah seperti itu “bukanlah cara Taurat.”
Insiden itu juga menuai kecaman dari Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Benjamin dengan keras mengutuk setiap serangan terhadap umat beragama yang terjadi pada hari Selasa (03/10/2023) itu.
“Kami tidak akan memberikan toleransi terhadap mereka yang merugikan jamaah,” katanya, seraya menekankan bahwa pihaknya akan segera mengambil tindakan terhadap para pelaku.
“Perilaku ofensif terhadap jamaah adalah sebuah penodaan dan tidak dapat diterima. Israel berkomitmen penuh untuk menjaga hak suci kebebasan beribadah dan ziarah ke tempat suci semua agama,” tambahnya.
Menteri yang membidangi kepolisian dalam pernyataannya kepada Radio Angkatan Darat senada dengan dua orang sebelumnya menyebut bahwa tindakan itu mesti dihentikan.
“Hal ini patut mendapat kecaman. Ini harus dihentikan. Saya bertanya kepada Rabbi Dov Lior, katanya itu tidak bermoral dan salah. Kami menentangnya. Tapi mari kita berhenti memfitnah Israel. Kita semua bersaudara, kita semua adalah orang yang sama,” tegasnya.
Terpisah, melansir ABC News, seorang aktivis yang mendokumentasikan serangan harian terhadap umat Kristen di Tanah Suci mengaku terkejut dengan gelombang perhatian pemerintah yang terkesan “tiba-tiba”. Ia mencurigai sikap ini sebab gelombang serangan terhadap para peziarah bukan pertama kali terjadi.
“Serangan terhadap umat Kristen meningkat 100% tahun ini, dan tidak hanya meludah, tapi juga melempar batu dan merusak papan tanda,” kata Harani, sang pakar.
Ia menyindir otoritas Israel berkata: “Permisi, tapi di mana Anda?”
Menurut pemberitaan terkini, para terduga pelaku telah diamankan polisi. Harian Times For Israel menyebut bahwa polisi pada hari Rabu (04/10/2023) telah menangkap lima orang Yahudi Ortodoks yang dicurigai merupakan pelaku aksi meludahi jamaah Kristen di Kota Tua Yerusalem. (PA)