MEDIA NUCA – Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar, Bahlil Lahadalia menyelesaikan studi doktoralnya di Universitas Indonesia (UI), Depok hanya dalam waktu kurang dari dua tahun.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) itu dikabarkan akan menjalani Sidang Terbuka Promosi Doktor yang digelar oleh Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia di Kampus UI, Depok, pada Rabu (16/10/2024).
Bahlil akan mempertahankan disertasi berjudul “Kebijakan, Kelembagaan, Tata Kelola, Hilirisasi Nikel yang Berkeadilan dan Berkelanjutan di Indonesia.”
Mengutip laman resmi Pangkalan Data Pendidikan Tinggi atau pddikti.kemdikbud.go.id, Bahlil terdaftar sebagai mahasiswa S3 di Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia pada 13 Februari 2023 lalu.
Sidang Terbuka Promosi Doktor ini akan dihadiri oleh Ketut Surajaya sebagi Ketua Sidang, Chandra Wijaya (Promotor), Teguh Dartanto (Ko-Promotor), Athor Subroto (Ko-Promotor), dan lima orang penguji.
Meskipun demikian, selain waktu studi yang relatif kilat, beberapa publikasi ilmiah Bahlil dalam rangka studi doktoralnya tersebut juga dinilai bermasalah.
Beberapa tulisan ilmiah Bahlil tersebut antaralain berjudul: “Nickel Down Streaming in Indonesia: Policy Implementation and Economic, Social, and Environmental Impacts” dan “Into Sustainable and Equitable Nickel Downstreaming in Indonesia: What Policy Reforms are Needed?”.
Artikel pertama diterbitkan di jurnal Kurdish Studies, sementara artikel kedua terbit di jurnal Migration Letter. Keduanya diterbitkan pada 17 Januari 2024.
Soal publikasi ilmiah Bahlil tersebut, Guru Besar Univeritas Indonesia, Sulistyowati Irianto (Prof Sulis) mengatakan bahwa kedua jurnal tersebut diduga merupakan jurnal predator (peternak artikel ilmiah dengan imbalan uang).
Dugaan itu disampaikan Prof Sulis mengingat laras kedua tulisan Bahlil itu tidak sinkron dengan fokus atau cakupan kajian jurnal yang memuatnya.
Menurutnya, cakupan bidang ilmu Kurdish Studies seharusnya pada urusan Suku Kurdi. Lalu Migration Letters seharusnya hanya menerbitkan artikel mengenai perpindahan Masyarakat. Sementara, tulisan Bahlil adalah tentang hilirisasi nikel.
“Itu saja sudah jadi pertanyaan besar buat kami,” kata Prof Sulis.