Home ยป Festival Perang Air Siat Yeh: Tradisi Unik Menghormati Air di Desa Suwat, Bali

Festival Perang Air Siat Yeh: Tradisi Unik Menghormati Air di Desa Suwat, Bali

by Media Nuca

MEDIA NUCA โ€“ Di Desa Suwat, Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali, tradisi unik untuk menyambut tahun baru telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya dan adat istiadat masyarakat setempat. Tradisi ini dikenal dengan nama Festival Perang Air Siat Yeh. Festival ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap air sebagai pemberi kehidupan dan simbol pengharapan kebaikan di tahun baru.

Setiap tahun pada tanggal 30-31 Desember, atau saat tahun baru menurut kalender Hindu Bali (Saka) maupun penanggalan umum (Masehi), seluruh masyarakat Desa Suwat bersatu dalam menggelar festival yang unik ini. Melansir dari Indonesia.go.id, festival perang air ini menjadi ajang untuk menyucikan diri dan melawan energi buruk yang mungkin menghalangi kesuksesan mereka di tahun baru.

Festival Perang Air Siat Yeh diawali dengan serangkaian acara menarik, mulai dari lomba menangkap bebek, tarik tambang, hingga adu cepat membawa bubungan berisi lumpur. Acara tersebut memberikan kesempatan bagi setiap anggota masyarakat, baik tua maupun muda, laki-laki maupun perempuan, untuk berpartisipasi dan merayakan keunikan tradisi mereka.

Puncak festival ini adalah pelaksanaan Mendak Tirta dan Siat Yeh, yang juga dikenal sebagai perang air. Perang air ini berbeda dengan Festival Songkran yang terkenal di Thailand. Di Indonesia, Siat Yeh merupakan upaya untuk membersihkan diri dan melawan energi negatif. Masyarakat mengambil air yang kemudian disiramkan ke seluruh tubuh sebagai simbol penghormatan terhadap air. Festival ini digelar di kawasan catus pata atau perempatan jalan desa, tempat di mana seluruh warga dari empat penjuru mata angin berkumpul.

Untuk memastikan kelancaran acara, panitia menyediakan puluhan gayung berwarna-warni seperti hijau, merah muda, kuning, dan biru. Gayung-gayung tersebut dibagikan kepada peserta perang air. Dalam festival ini juga turut dilibatkan unit mobil pemadam kebakaran dari Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Gianyar, yang membantu menyemprotkan air ke tengah peserta.

Sebelum perang air dimulai, dilakukan persembahyangan yang dipimpin oleh pemangku adat. Hal ini menjadi bagian penting dalam mempersiapkan diri sebelum memasuki momen perang air. Suasana riang gembira tercipta di antara hiruk pikuk dan cipratan air yang saling terlempar, diiringi dengan tawa dan keceriaan seluruh peserta.

Menurut laman Warisan Budaya Tak Benda Indonesia Kemdikbud, tradisi Perang Air Siat Yeh memiliki makna yang mendalam. Kata โ€œsiatโ€ berarti perang, yang menggambarkan pertempuran dalam diri manusia antara keinginan baik dan tidak baik. Sementara itu, โ€œyehโ€ merupakan air yang merupakan sumber kehidupan manusia, sehingga air harus dijaga dan dihormati. Tradisi Perang Air Siat Yeh juga memiliki makna sebagai pertemuan dua sumber air, yaitu pantai Suwung (air rawa) di timur dan pantai Segara di barat, di Desa Adat Jimbaran.

Kepercayaan masyarakat setempat menyatakan bahwa dengan menjaga kedua sumber air ini, mereka akan mendapatkan kemakmuran. Festival Perang Air Siat Yeh tidak hanya menjadi ajang rekreasi dan kegembiraan semata, tetapi juga sarana untuk memelihara keselarasan dengan alam dan menyucikan diri sebelum memasuki tahun baru.

Tradisi yang unik ini menjadi bukti nyata keberagaman budaya dan adat-istiadat yang ada di Indonesia. Setiap daerah memiliki tradisi khasnya sendiri, yang mencerminkan keunikan dan keindahan setiap wilayah. Festival Perang Air Siat Yeh di Desa Suwat, Bali, menjadi salah satu contoh yang menarik dari kekayaan tradisi Indonesia.

Melalui perayaan ini, masyarakat Desa Suwat menjaga keberlanjutan tradisi nenek moyang mereka, sambil tetap beradaptasi dengan perubahan zaman. Mereka mempertahankan nilai-nilai dan simbol-simbol penting dalam tradisi tersebut, yang memberikan makna mendalam bagi kehidupan sehari-hari dan harapan akan kebaikan di masa depan.

Dengan tradisi yang penuh makna seperti Perang Air Siat Yeh, Indonesia terus memperkaya warisan budayanya yang tak ternilai. Melalui upaya menjaga dan menghormati tradisi seperti ini, Indonesia tidak hanya menghormati leluhur, tetapi juga menjalin ikatan kuat dengan identitas budaya yang kaya dan memperkuat persatuan di tengah keragaman.

You may also like

Leave a Comment

TENTANG KAMI

MEDIA NUCA berfokus pada isu-isu politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Media ini bertujuan untuk menyajikan informasi yang relevan dan berimbang dari tingkat internasional, nasional, hingga tingkat lokal.

Feature Posts