MEDIA NUCA โ Di tengah tantangan perekonomian global, Indonesia berhasil mempertahankan ketahanan ekonominya pada kuartal III-2023 dengan pertumbuhan sebesar 4,94% (yoy).
Dukungan utama berasal dari permintaan domestik yang solid, menjadikan Indonesia lebih unggul dibanding negara-negara sejawat seperti China, Meksiko, dan Malaysia.
Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Indonesia memiliki kelebihan dengan adanya pemilu setiap lima tahun, menciptakan stabilitas kepemimpinan dan pemerintahan.
Pada Rapat Pimpinan Nasional Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) 2023, Menteri Airlangga menyatakan bahwa Indonesia, sebagai negara terbesar di Asia Tenggara, menjadi pusat pertumbuhan dan menjaga perdamaian di kawasan tersebut.
Mengenai pertumbuhan ekonomi, Menko Airlangga memastikan bahwa pemerintah fokus pada Corporate Social Responsibility (CSR) untuk mengurangi kemiskinan di sektor industri. Dia menekankan pentingnya CSR dalam mendorong efek multiplier bagi masyarakat.
Pemerintah juga menetapkan target ambisius melalui Visi Indonesia Emas 2045. Dengan sasaran PDB Nominal sebesar USD9,8 triliun, GNI Per kapita USD 30,300, dan porsi penduduk middle income mencapai 80%, Indonesia berkomitmen untuk mengembangkan industri manufaktur yang mencakup 28% PDB.
Untuk mencapai visi tersebut, Menko Airlangga menggarisbawahi pentingnya pendekatan pembangunan yang transformatif. Transformasi ini melibatkan perubahan tambah rendah menjadi nilai tambah tinggi dan memerlukan lompatan-lompatan besar.
Indonesia juga aktif berpartisipasi dalam forum kerja sama internasional seperti G20, APEC, ASEAN, dan RCEP. Selain itu, negara ini tengah mengupayakan keanggotaan di OECD dan berbagai perundingan kerja sama internasional, termasuk Indonesia-EU CEPA (IEU-CEPA) dan ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA).
Menko Airlangga menekankan peran Indonesia dalam upaya global mengurangi emisi gas rumah kaca. Negara ini bersiap menjadi pelopor Carbon Capture Storage di ASEAN, dengan potensi kapasitas penyimpanan CO2 yang signifikan.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia, terutama melalui digitalisasi, juga menjadi fokus pemerintah. Dalam konteks ini, Indonesia telah mengembangkan Digital Economy Framework Agreement (DEFA) bersama ASEAN, dengan harapan meningkatkan ekonomi digital hingga USD2 triliun.
Dengan langkah-langkah strategis ini, Indonesia optimis dapat mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045, menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dan berperan aktif dalam mengatasi tantangan global.(AD)