MEDIA NUCA – Nama Otto Toto Sugiri pada tahun 2021 mencuat di publik lantaran ia masuk ke dalam daftar nama 50 orang terkaya di Indonesia versi media bisnis Forbes.
Otto yang dijuluki “Bill Gates” dari Indonesia ini merupakan presiden direktur perusahaan Data Center Indonesia (DCI).
DCI diketahui merupakan perusahaan pusat data terbesar di Indonesia yang menyediakan penyimpanan data server dan layanan ruang pusat data.
Saat ini, Otto menduduki peringkat ke-23 sebagai orang terkaya di Indonesia.
Kekayaan mencapai 2,5 miliar US dollar atau setara dengan Rp 35,62 triliun (kurs Rp 14.250).
Perjalanan Panjang Karir
Diketahui, butuh empat dekade lebih bagi Otto Sugiri bergelut di bidang teknologi sebelum ia sampai ke titik keberhasilannya saat ini.
Ia memulai Perjalanan karir itu sejak ia meraih gelar sarjana teknik elektro pada tahun 1980 dari RWTH Aachen University, Jerman.
Proyek pertamanya ialah membuat pemrograman lokal, sejenis software untuk perusahaan minyak dan program untuk mengelola pencairan pinjaman nelayan di Papua.
Pada tahun 1983, ia beralih. Otto bergabung dengan Bank Bali untuk membuat sebuah software akuntansi untuk efisiensi kerja para akuntan Bank itu.
Barulah pada tahun 1989, Otto mulai membangun perusahaan perangkat lunaknya sendiri, yaitu Sigma Cipta Caraka dengan modal 200 ribu US dollar. Di sana, ia menggandeng enam mantan pegawai Bank Bali tempat ia bekerja sebelumnya, termasuk Marina Budiman yang kini menjabat sebagai presiden komisaris DCI.
Usaha Otto, dkk saat itu cukup memiliki prospek, sebab pemerintah baru saja menderegulasi industri perbankan, di samping meningkatnya jumlah bank yang juga berarti meningkatnya permintaan jasa teknologi di industri itu.
Sigma Cipta Caraka diketahui akhirnya meraup pendapatan hingga 1,2 juta US dollar kala itu.
Bergerak menanjak, pada tahun 1994 Otto mulai mendirikan penyedia layanan internet (ISP) pertama di Indonesia bernama Indointernet.
Perusahaan itu kemudian dikenal sebagai PT Indointernet Tbk, di mana Otto menjabat sebagai Predisen Komisioner sejak tahun 2012.
Sayap usahanya makin melebar. Menyusul dua perusahaan lain miliknya itu, Otto kemudian mendirikan anak perusahaan Sigma, yaitu Balicamp untuk pemriksaan ejaan bahasa Indonesia di Microsoft.
Jatuh dan Bangkit Lebih Kuat
Tragedi Bom Bali tahun 2002 berdampak pada bisnis Otto. Akibatnya, anak perusahaan yang terakhir ia dirikan harus ditutup. Ia bahkan berpikir untuk pensiun saat itu.
Maka, tahun 2008 Otto memutuskan untuk menjual 80% kepemilikan saham Sigma kepada Telkom Indonesia seharga 35 juta US dollar. Sisanya ia jual seharga 9 juta US dollar.
Akan tetapi, kejatuhan ini bukan titik akhir perjalanan bisnisnya. Pada tahun 2011, bersama enam orang lainnya, pria kelahiran Bandung 23 September 1950 itu kembali mendirikan perusahaan, yaitu Data Center Indonesia (DCI).
Perusahaan inilah yang membawa dirinya masuk dalam jajaran 50 orang terkaya di Indonesia 2021 versi Forbes 2021. Saat ini, Otto menjabat sebagai CEO PT DCI Indonesia sejak tahun 2017 lalu.