MEDIA NUCA โ Uskup-uskup Prancis dan pemimpin agama lainnya bergabung dalam upaya bersama merespons kerusuhan yang terjadi di negara mereka pada akhir pekan lalu. Seperti dilansir dari Catholic News Agency, Rabu (5/7/2023), para pemimpin agama menyerukan perdamaian dan dialog. Para pemimpin agama menyampaikan kesedihan mereka atas kematian seorang remaja bernama Nahel M.
Kerusuhan ini dipicu oleh penembakan polisi terhadap remaja berusia 17 tahun keturunan Afrika Utara tersebut selama pemeriksaan lalu lintas di pinggiran kota Paris, Nanterre. Kejadian ini telah memicu serangkaian aksi penjarahan, serangan terhadap fasilitas publik, dan kekerasan massa yang merusak di beberapa kota.
Menyikapi keadaan itu, lebih dari 45.000 petugas keamanan dikerahkan di seluruh negeri Prancis dalam tiga malam terakhir. Meskipun jumlah penangkapan menurun dari malam sebelumnya, dengan lebih dari 150 orang ditangkap pada malam Minggu, luasnya kerusakan dan jumlah korban luka masih belum diketahui.
Dalam pernyataan bersama yang ditandatangani oleh berbagai pemimpin agama terkemuka, termasuk Uskup Agung รric de Moulins-Beaufort dari Reims dan pemimpin Konferensi Pemimpin Agama Prancis lainnya, pemimpin agama menyatakan solidaritas mereka dengan korban kekerasan dan kehilangan nyawa. Mereka dengan tegas mengutuk serangan terhadap sekolah, bisnis, balai kota, dan sarana transportasi.
Pemimpin agama Prancis juga meminta agar kepercayaan antara masyarakat dan lembaga penegak hukum diperkuat dalam menghadapi serangan terhadap polisi dan otoritas. Mereka mengajak para politisi untuk bekerja bersama secara bertanggung jawab guna mengembalikan keadilan dan perdamaian.
Dalam upaya mewujudkan perdamaian, para uskup Prancis juga mengusulkan doa untuk pemulihan perdamaian di negara mereka. Doa ini diharapkan akan digunakan oleh paroki-paroki dan komunitas Katolik di Prancis.
Dalam doa tersebut, umat dipersilakan untuk memohon agar ketenangan dan perdamaian kembali ke negeri mereka. Mereka juga berdoa bagi para korban luka, yang rumah dan tempat kerjanya hancur atau rusak akibat kerusuhan ini. Selain itu, para umat berdoa untuk para petugas penegak hukum dan pelayan publik yang mengalami tekanan besar dan terkadang diserang dalam menjalankan tugas mereka.
Pemimpin agama juga memberikan inspirasi kepada umat untuk meningkatkan dialog dan perdamaian dengan umat beragama dari berbagai denominasi Kristen dan agama lainnya, serta dengan semua warga negara Prancis. Dalam upaya mengatasi kekerasan, mereka berharap masyarakat Prancis dapat dengan jelas mengidentifikasi sumber-sumber kekerasan dan mencari cara untuk mengatasi masalah tersebut.
Dalam penutup pernyataan, para pemimpin agama Prancis berharap agar perdamaian dan kedamaian dapat kembali meliputi Prancis. Mereka berharap semua penganut agama dapat berperan sebagai pelayan perdamaian dan kebaikan bersama, sehingga dapat membantu memulihkan situasi negara mereka.
Tindakan bersama para uskup dan pemimpin agama Prancis ini menunjukkan kesatuan dan komitmen mereka dalam menghadapi kerusuhan yang sedang berlangsung. Seruan untuk perdamaian, dialog, dan kembali ke ketenangan merupakan langkah penting dalam menenangkan situasi dan memulihkan harmoni di Prancis.
Doa yang diajukan oleh para pemimpin agama juga memberikan harapan bagi umat agar dapat mencari kedamaian dan kesembuhan dalam masa sulit ini. Dengan mengajak semua warga negara, tidak hanya umat beragama, untuk bekerja sama dalam mencapai perdamaian, Prancis memiliki kesempatan untuk bangkit dari kekerasan dan membangun masa depan yang lebih baik.
Melalui langkah-langkah ini, diharapkan bahwa Prancis dapat mengatasi tantangan yang dihadapi dan membawa perdamaian kembali ke negara mereka. Kolaborasi antara pemimpin agama dan masyarakat akan menjadi fondasi yang kuat dalam mengatasi konflik dan menciptakan lingkungan yang aman dan harmonis bagi semua warga Prancis. (AD)
