MEDIA NUCA โ Pemimpin Gereja Ukraina mengutuk keras serangan rudal yang menghancurkan Katedral Ortodoks Odesa, sebuah Situs Warisan Dunia UNESCO, akhir pekan lalu. Dilansir dari thetablet.co.uk (26/7/2023), serangan itu menyebabkan kemarahan di antara umat beragama dan masyarakat internasional.
Saat peristiwa tragis ini terjadi, laporan tentang rencana pertemuan antara Paus dan Patriark Kirill dari Rusia juga mengemuka, menimbulkan spekulasi lebih lanjut atas isu yang sensitif.
Uskup Agung Svetoslav Shevchuk, kepala Gereja Katolik Yunani Ukraina, menyatakan kepedihan mendalam atas kehancuran Katedral Transfigurasi yang dihantam oleh salah satu dari 19 rudal jelajah Rusia. Ia mengecam tindakan kejam para penyerang yang merusak tempat suci dan menyebabkan penderitaan bagi umat beragama.
Penghancuran Katedral Ortodoks Odesa juga menuai kecaman dari Audrey Azoulet, Direktur Jenderal UNESCO. Ia menyatakan bahwa misi akan dikirim untuk menilai kerusakan akibat serangan tersebut dan memperingatkan bahwa Rusia dapat menghadapi tuduhan kejahatan perang karena telah melanggar kewajiban internasionalnya dalam melindungi warisan budaya.
Peristiwa tragis ini semakin memicu ketegangan antara Gereja Ortodoks Rusia dan Ukraina. Uskup Vitaliy Kryvytskyi menyatakan kekhawatiran akan pembelahan di antara penduduk Odesa, dengan kebencian terhadap orang Rusia menjadi semakin meruncing.
Uskup Agung Ortodoks terkait Moskow di Odesa mengecam Patriark Kirill dari Rusia karena memberkati tentara Rusia yang terlibat dalam serangan. Selain itu, dia menyatakan bahwa Gereja Ortodoks di Ukraina telah membatalkan ketergantungannya pada Moskow sejak Mei 2022, mencerminkan perpecahan yang lebih dalam.
Dalam situasi yang memanas ini, laporan tentang rencana pertemuan antara Paus dan Patriark Kirill di Moskow mencuri perhatian. Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan tentang implikasinya terhadap hubungan antara Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks, serta dinamika politik internasional yang terlibat.
Kardinal Matteo Zuppi, utusan kemanusiaan Paus, juga memainkan peran dalam upaya mencapai perdamaian dengan mengunjungi Tiongkok. Posisinya sebagai perantara membuatnya menjadi tokoh kunci dalam menjembatani dialog antara berbagai negara dan gereja.
Penghancuran Katedral Ortodoks Odesa telah menciptakan gelombang kemarahan dan kekhawatiran di antara masyarakat internasional. Sementara uskup dan pemimpin gereja merespon dengan kecaman dan harapan untuk perdamaian, pertemuan yang direncanakan antara Paus dan Patriark Kirill memperumit situasi yang sudah kompleks.
Dalam konteks geopolitik yang sensitif, banyak yang menantikan perkembangan lebih lanjut untuk mencari jalan keluar dari krisis ini. (AD)