MEDIA NUCA – Melansir MEE, serangan udara Israel terhadap sekolah yang dikelola PBB di Gaza utara telah menewaskan “setidaknya 50 orang” menurut seorang pejabat kesehatan.
Rekaman grafis yang disiarkan oleh Al Jazeera pada hari Sabtu (17/11/2023) menunjukkan sejumlah mayat setelah serangan terhadap sekolah al-Fakhoura, yang dijalankan oleh Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (Unrwa).
Sekolah tersebut, yang terletak di kamp pengungsi Jabalia, telah diserang awal bulan ini, dan sebelumnya menjadi sasaran pasukan Israel ketika kekerasan meningkat pada tahun 2009 dan 2014.
Serangan Israel lainnya terhadap sebuah bangunan di kamp tersebut menewaskan 32 orang dari keluarga yang sama, kata pejabat yang sama kepada AFP.
Kementerian Kesehatan merilis daftar 32 anggota keluarga Abu Habal yang tewas dalam serangan itu, 19 di antaranya adalah anak-anak.
Di tempat lain di Gaza utara, setidaknya 63 warga Palestina tewas saat tiba di Rumah Sakit Indonesia pagi hari pada hari Sabtu merujuk pada sebuah sumber medis yang melapor kepada Al Jazeera.
Sore harinya, militer Israel menyerang sebuah rumah di sebelah barat Khan Younis, menewaskan 15 orang, kata pejabat kesehatan dari Rumah Sakit Nasser di Gaza.
Di tempat lain di selatan, serangan udara Israel terhadap sebuah rumah di Deir al-Balah menewaskan enam warga Palestina menurut pejabat kesehatan.
Korban tewas warga Palestina yang tewas dalam perang Israel di Gaza selama enam minggu terakhir telah mencapai angka lebih dari 12.000 orang, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
Di bagian utara Kota Gaza, sebagian besar pasien di Rumah Sakit al-Shifa – kompleks medis terbesar di wilayah tersebut – dipaksa keluar oleh militer Israel.
Dr Munir al-Borsh, direktur jenderal kementerian kesehatan Palestina, seperti dilansir Al Jazeera mengatakan bahwa orang-orang di dalam diminta mengibarkan bendera putih saat mereka berjalan sejajar dengan tank dan tentara Israel di kedua sisinya.
“Banyak pasien yang menggunakan kursi roda atau kasur lipat. Anggota keluarga terpaksa membawa sendiri anak-anak atau orang tua mereka yang terluka,” kata Borsh. “Ini adalah pemandangan yang mengerikan dan belum pernah terjadi sebelumnya.”