MEDIA NUCA – Perang Israel-Hamas kembali bergulir setelah sempat berhenti untuk jeda kemanusiaan dan pembebasan sandera dari kedua belah pihak selama empat hari sejak 24 November dan diperpanjang dua kali setelahnya.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memerintahkan kepala Mossad David Barnea dan timnya untuk kembali dari Qatar karena “jalan buntu” dalam negosiasi yang berlangsung di Doha pada hari Sabtu (02/12/2023), kata Kantor Perdana Menteri.
Diketahui, sebuah tim dari dinas intelijen Mossad Israel berada di Doha pada hari Sabtu untuk berdiskusi dengan mediator Qatar mengenai dimulainya kembali gencatan senjata di Gaza.
Pembicaraan yang dimediasi Qatar berfokus pada kemungkinan pembebasan sandera Israel dalam kategori baru selain perempuan dan anak-anak serta parameter gencatan senjata, yang berbeda dengan perjanjian gencatan senjata yang gagal pada hari Jumat (01/12/2023).
Israel dan Hamas telah mempertimbangkan parameter baru untuk pembebasan sandera dan gencatan senjata sejak sebelum gencatan senjata gagal.
Gencatan senjata yang dimulai pada 24 November menunjukkan Hamas membebaskan perempuan dan anak-anak Israel yang disandera pada 7 Oktober dengan imbalan pembebasan tahanan Palestina, termasuk perempuan dan remaja.
Israel dan Hamas saling menyalahkan atas gagalnya gencatan senjata, yang berlangsung selama seminggu dan diperpanjang dua kali sebelum mediator tidak dapat menemukan cara untuk perpanjangan ketiga.
Perihal gagalnya perpanjangan gencatan senjata itu, Israel menuduh Hamas menolak melepaskan semua perempuan yang ditahannya.
Sementara itu, pihak Israel mengaku terbuka untuk mempertimbangkan lebih banyak jeda dalam perang di Gaza di masa depan untuk memungkinkan pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas, seperti dilansir Wall Street Journal mengutip seorang pejabat Israel.
“Kita bisa bernegosiasi selagi kita masih berjuang,” kata pejabat itu.
