MEDIA NUCA โ Diskusi Kelompok Terpimpin (FGD) yang bertajuk โRiset Prototipe Pengembangan Materi Percakapan Berbasis Lintas Budaya dalam Bentuk Digital sebagai Pengayaan Pemelajaran BIPA untuk Panduan Wisatawan Asing di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timurโ telah sukses dilaksanakan pada 8-9 Juni 2024 di Aula SMKN 3 Komodo, Kabupaten Manggarai Barat.
Kegiatan FGD ini diselenggarakan oleh Kelompok Riset Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA), Pusat Riset Bahasa, Sastra, dan Komunitas, serta Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra BRIN.
Tujuan utama dari FGD ini adalah menggali informasi dan sumber data untuk pengembangan materi percakapan bahasa Indonesia dalam bentuk buku saku (pocket book) yang akan mendukung peningkatan pariwisata melalui wisata bahasa dan pengenalan budaya lokal di Labuan Bajo.
FGD tersebut dihadiri oleh berbagai pihak terkait, termasuk pemandu wisata, praktisi dan guru pariwisata, pelaku UMKM, dan akademisi.
Dua narasumber utama yang hadir adalah Chrispinianus Mesima, S.S.T.Par., M.Par., Sekretaris Dinas Pariwisata, Kebudayaan, dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Manggarai Barat, dan Sebastian Padang, Ketua Himpunan Pemandu Wisata (HPI) Kabupaten Manggarai Barat.
Dalam sambutannya, Kepala Pusat Riset Bahasa, Sastra, dan Komunitas menyatakan bahwa riset ini memiliki peran strategis dalam diplomasi bahasa dan budaya Indonesia, dengan tujuan utama mewujudkan wisata bahasa (language tourism).
Wisatawan yang berkunjung ke Indonesia tidak hanya menikmati keindahan alam, tetapi juga mengenal dan memahami budaya lokal, yang pada akhirnya akan meningkatkan citra positif Indonesia di mata dunia.
Chrispinianus Mesima dalam presentasinya yang berjudul โPotensi Pariwisata Manggarai Baratโ menguraikan visi Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat untuk mengembangkan pariwisata secara berkelanjutan dan inklusif.
Ia menekankan pentingnya empat pilar utama pembangunan pariwisata: pengembangan destinasi, pemasaran, industri, dan kelembagaan pariwisata. Selain itu, ia menyoroti berbagai potensi wisata dan kebudayaan di Manggarai Barat, termasuk Taman Nasional Komodo yang telah meraih gelar Man and Biosphere Reserve, World Heritage Site, dan The New 7 Wonder of Nature.
Sebastian Padang, Ketua Himpunan Pemandu Wisata Indonesia Cabang Labuan Bajo, menekankan pentingnya peran pemandu wisata sebagai duta wisata dan duta bangsa.
Pemandu wisata bertanggung jawab memberikan informasi yang aktual dan valid kepada wisatawan serta mempresentasikan objek wisata secara komprehensif. Ia juga menekankan pentingnya pelatihan dan peningkatan kompetensi pemandu wisata.
Hasil riset ini diharapkan dapat menghasilkan panduan praktis dan menarik untuk wisatawan asing agar lebih mudah memahami dan menghargai budaya Indonesia, khususnya di Labuan Bajo.
Produk panduan ini, baik dalam bentuk cetak maupun digital, akan mempermudah interaksi wisatawan dengan penduduk lokal dan meningkatkan pengalaman wisata yang lebih kaya dan bermakna.
Dengan meningkatnya kunjungan wisatawan mancanegara ke Labuan Bajo, riset ini diharapkan dapat mendukung pengembangan ekonomi kreatif dan memperkuat posisi Labuan Bajo sebagai destinasi wisata unggulan yang menawarkan keindahan alam serta kekayaan budaya.(AD)