MEDIA NUCA – Melansir Harian Palestina WAFA, Perdana Menteri Mohammad Shtayyeh hari ini menuntut penghentian apa yang ia gambarkan sebagai perang genosida dan pembersihan etnis oleh Israel, yang memasuki hari kesepuluh di Jalur Gaza, di tengah terputusnya pasokan air dan listrik, dan tidak diizinkannya pasokan makanan dan perbekalan medis masuk.
“Israel membunuh anak-anak. Jika bukan, apa arti pembunuhan lebih dari 800 anak-anak dan lebih dari 500 perempuan?” katanya pada awal sidang kabinet mingguan yang diadakan di Ramallah.
“Israel menargetkan warga sipil, dan tujuan di balik blokade ini adalah pembunuhan massal dan pengungsian massal. Lebih dari 2.808 orang tewas dan lebih dari 11.000 orang terluka. Mereka adalah orang-orang yang masing-masing mempunyai cerita dan kehidupan, dan mereka adalah orang-orang beradab yang mempunyai sejarah dan masa depan. Mereka bukanlah manusia seperti yang dibanggakan oleh para pemimpin pendudukan. Tapi rakyat kami tidak akan menyerah,” sambung Shtayyeh.
Shtayyeh memperingatkan agar tidak menggusur orang-orang di Jalur Gaza dan menciptakan bencana baru.
“Masyarakat kami tidak akan meninggalkan tanah mereka atau pindah dari sana, tidak peduli seberapa besar pengorbanannya. Mereka mampu menghadapi dan menggagalkannya sama seperti mereka menggagalkan banyak proyek likuidasi dan pemukiman kembali selama masa perjuangan,” ungkap dia.
Ia juga mendesak Amerika dan PBB untuk segera mengintervensi agresi Israel ke Palestina demi perlindungan terhadap warga sipil dan orang-orang yang tak harus jadi korban.
“Komunitas internasional, terutama pemerintah Amerika, diharuskan untuk segera melakukan intervensi untuk menghentikan agresi, memberikan perlindungan bagi warga sipil dan rumah mereka, dan mencegah pengungsian mereka, dan PBB diharuskan untuk setidaknya melindungi karyawannya, karena lebih dari 30 pegawai UNRWA tewas,” kata Perdana Menteri.
“Kami juga memperingatkan terhadap penyitaan tanah yang terus berlanjut, intensifikasi pemukiman di sini, dan penargetan komunitas Badui, karena ini juga merupakan pembantaian terhadap tanah dan manusia,” tambahnya, mengungkapkan harapan bahwa “negara-negara sahabat, melalui duta besar mereka, jelas akan memprotes penghancuran, blokade, terorisme pemukim, pemboman bangunan tempat tinggal dan rumah sakit, dan pembunuhan warga sipil yang tidak bersalah.”
Shtayyeh meminta semua negara terkait untuk segera melakukan intervensi guna membuka koridor aman bagi masuknya pasokan medis dan makanan serta evakuasi korban luka setelah rumah sakit penuh sesak karena jumlah korban luka telah melebihi 11.000 orang.