MEDIA NUCA – Gereja Katolik India berupaya mengakhiri kekerasan sektarian yang terus berlanjut di Manipur. Seperti dilansirkan dari Vatican News, lebih dari 100 orang telah kehilangan nyawa mereka, sementara 50.000 orang lainnya terpaksa mengungsi akibat konflik yang sedang berlangsung sejak tanggal 3 Mei.
Untuk menyuarakan perdamaian dan mengajak orang-orang bersatu dalam doa, Gereja Katolik India menetapkan hari Minggu, 2 Juli, sebagai hari doa nasional yang ditujukan khusus untuk Manipur.
Konflik yang meletus di negara bagian timur laut India ini berawal dari serangan yang dilakukan oleh orang-orang Meitei, mayoritas Hindu, terhadap demonstrasi suku Kuki yang mayoritas beragama Kristen.
Suku Kuki sedang memprotes proposal pengadilan untuk memperluas status Tribe Terjadwal kepada orang Meitei. Status istimewa ini memberikan prioritas dalam bidang pekerjaan pemerintah, pendidikan, dan program afirmatif lainnya yang ditujukan bagi suku Kuki.
Meskipun telah berlalu hampir dua bulan sejak pecahnya kekerasan ini, situasinya belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Menurut Uskup Agung Dominic Lumon dari Imphal, bentrokan masih terus terjadi, terutama di daerah-daerah terpencil di lembah wilayah tersebut.
Pemerintah Manipur, yang dipimpin oleh Partai Bharatiya Janata (BJP) yang pro-Hindu, telah mengambil tindakan dengan menangguhkan layanan internet untuk mencegah penyebaran pidato kebencian dan desas-desus melalui media sosial.
Presiden Konferensi Uskup Katolik India (CBCI), Uskup Agung Andrews Thazhath dari Trichur, mengeluarkan pesan yang mengajak umat beriman untuk bergabung dalam doa dan aksi solidaritas pada 2 Juli.
Saran-saran yang diberikan meliputi menambahkan niat khusus untuk perdamaian dan harmoni dalam Doa Umat selama Misa, mengadakan jam Adorasi di semua paroki, serta mengorganisir prosesi lilin atau unjuk rasa perdamaian. CBCI juga mendorong umat beriman untuk bergabung dengan kelompok dan organisasi yang memiliki visi perdamaian serupa dengan Gereja.
Situasi yang genting ini telah menarik perhatian luas, dan lebih dari 550 kelompok masyarakat sipil telah mengirim surat kepada Perdana Menteri India, Narendra Modi, untuk mengambil tindakan terhadap kekerasan sektarian yang sedang berkecamuk di Manipur. Dalam surat tersebut, kelompok-kelompok tersebut menyerukan agar perdamaian dipulihkan dan politik yang memecah belah dihentikan.
Pada tanggal 16 Juni, sejumlah pemimpin politik juga ikut berbicara mengenai kekerasan etnis dan agama yang terjadi di Manipur. Sonia Gandhi, mantan presiden Partai Kongres India, menyampaikan pesan video melalui media sosial, menyatakan keprihatinannya terhadap situasi tersebut. Ia menyebut bahwa orang-orang terpaksa melarikan diri dari rumah mereka, dan menekankan perlunya menghentikan kekerasan dan mencapai perdamaian di daerah tersebut.
Kekerasan sektarian di Manipur telah menciptakan krisis kemanusiaan yang serius, dengan ribuan orang tinggal di kamp-kamp sementara. Kelompok masyarakat sipil dan Gereja Katolik India berharap agar pemerintah pusat, di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Narendra Modi, mengambil tindakan segera untuk menghentikan kekerasan dan menciptakan lingkungan yang aman dan harmonis bagi semua penduduk Manipur.
Hari doa nasional yang ditetapkan oleh Gereja Katolik India pada 2 Juli diharapkan dapat menyatukan umat beriman dalam menghadapi krisis ini. Doa, adorasi, dan aksi solidaritas yang diorganisir oleh Gereja dan umat beriman diharapkan dapat membawa kedamaian dan mengakhiri kekerasan sektarian di Manipur.
Selain itu, tekanan dari masyarakat sipil dan tokoh politik juga diperlukan untuk memastikan bahwa pemerintah pusat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan konflik ini dan mengembalikan kehidupan normal bagi penduduk Manipur yang terkena dampak kekerasan.
Kekerasan sektarian yang berkecamuk di Manipur adalah tantangan serius yang perlu segera diatasi. Hanya dengan kerja sama antara pemerintah, masyarakat sipil, dan lembaga agama, harapan perdamaian dan rekonsiliasi dapat terwujud bagi Manipur. Semua pihak harus bersatu dalam mengatasi perpecahan dan membangun lingkungan yang harmonis, di mana kehidupan setiap individu dihormati dan dilindungi. (AD)