Home » Mengaku Anti Israel, Indonesia Rutin Impor Barang dari Israel

Mengaku Anti Israel, Indonesia Rutin Impor Barang dari Israel

by Media Nuca

MEDIA NUCA – Perang Israel-Hamas telah memecah opini publik dunia ke dalam tiga sebaran utama, yakni para pendukung Palestina, pendukung Israel, dan mayoritas diam yang mendukung gencatan senjata antara kedua belah pihak yang berkonflik

Di dalam negeri, isu Palestina-Israel selalu ramai. Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, mayoritas masyarakat Indonesia bisa disebut pro Palestina.

Kebijakan politik luar negeri kita juga berpihak pada Palestina. Hingga saat ini, RI tidak menjalin hubungan kerja sama diplomatik dengan Israel lepas dari kalkulasi politik dan ekonomi bilateral objektif.

Sikap “anti-Israel” ini terakhir kali menjelma dalam kebijakan politik menolak tim nasional Israel dalam ajang piala dunia U-21 yang lalu mengharuskan Indonesia melepas hak langka menjadi tuan rumah ajang sepak bola dunia itu dan membayar denda kepada FIFA.

Lepas dari preferensi politik bahkan emosional kita, ada fakta yang tak terbantahkan bahwa meskipun tidak memiliki hubungan diplomatik, Indonesia secara rutin melakukan perdagangan dengan Israel.

Menurut catatan ekspor impor Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia bahkan sudah mengimpor barang dari Israel yang tercatat resmi sebesar 14,4 juta dollar AS atau setara dengan Rp 226,08 miliar (asumsi kurs Rp 15.700).

“Kalau kita tidak memliki hubungan diplomatik tidak berarti secara ekonomi kita tidak boleh melakukan hubungan dagang,” kata Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dikutip pada Selasa (17/10/2023).

Menurut dia, meskipun Indonesia secara de jure dan de facto tidak mengakui keberadaan Israel dan hanya mengakui kedaulatan Palestina, bukan berarti Indonesia sama sekali tidak membutuhkan Israel.

Dalam perkara ekspor dan impor, demikian Amelia, sifatnya bukan kerja sama antar-pemerintah, melainkan dilakukan oleh entitas bisnis kedua negara.

“Ini business to business sifatnya,” ujar Amalia.

Jika dilihat lebih rinci, barang yang paling banyak diimpor dari Israel ialah mesin peralatan mekanis dan bagiannya yang merupakan komoditas dengan kode HS 84.

Selain itu, Indonesia juga banyak mengimpor komoditas perkakas dan peralatan dari logam tidak mulia yang tergolong kode HS 82. Banyak peralatan, terutama pertanian modern, yang diproduksi perusahaan-perusahaan Israel.

“Dan juga HS 85, mesin perlengkapan elektrik dan bagiannya,” kata Amalia.

Nilai impor dari Israel bergerak naik turun dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. Pada 2020, nilai impor dari Israel sempat menembus 56,5 juta dollar AS atau setara sekitar Rp 887,05 miliar.

Kemudian, nilai impor pada tahun berikutnya anjlok menjadi 26,5 juta dollar AS atau setara sekitar Rp 416,05 miliar. Lalu pada 2022, nilai impor kembali naik menjadi 47,8 juta dollar AS atau setara sekitar Rp 750,46 miliar.

“Dan sepanjang Januari – September 2023 kita mengimpor dari Israel dengan nilai 14,4 juta dollar AS,” ucap Amalia.

Selain itu, Israel selama puluhan tahun dikenal sebagai eksportir barang-barang berteknologi tinggi, termasuk ke Indonesia.

Israel sendiri merupakan negara di mana perusahaan-perusahaan teknologi tumbuh sangat subur. Pada tahun 1980-an, banyak orang yang bekerja di Silicon Valley bermigrasi ke Israel.

Meski telah tinggal di Israel, para warga Yahudi ini mendirikan pusat-pusat penelitian dan pengembangan untuk perusahaan-perusahaan teknologi AS, seperti Microsoft, IBM, dan Intel.

Lalu, pada tahun 1990-an, para insinyur terampil juga berdatangan dari negara-negara bekas Uni Soviet untuk bermigrasi ke Israel, membuat negara itu semakin diberkati dengan kelimpahan sumber saya manusia terampil.

Israel mencatatkan pertumbuhan industri teknologi sebesar 8 persen per tahun. Perusahaan-perusahaan baru di sektor teknologi terus bermunculan.

Kondisi ini membuat ranking penelitian dan pengembangan (R&D) Israel selalu menempati peringkat 10 besar dunia.

Negara itu juga menerima banyak pendanaan untuk pengembangan riset dan teknologi dari negara lain, seperti AS, Kanada, Italia, Austria, Perancis, Irlandia, Belanda, Spanyol, China, Turki, India, dan Jerman.

Banyaknya perusahaan besar di bidang teknologi tentu menyumbang pemasukan besar untuk Pemerintah Israel dari sisi pajak, sumber devisa, ataupun penyerapan jumlah tenaga kerja. Ini belum termasuk royalti dari paten-paten yang dibuat di perusahaan Israel. (PA)

You may also like

Leave a Comment

TENTANG KAMI

MEDIA NUCA berfokus pada isu-isu politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Media ini bertujuan untuk menyajikan informasi yang relevan dan berimbang dari tingkat internasional, nasional, hingga tingkat lokal.

Feature Posts