MEDIA NUCA โ Nenek Rohaya, yang sebelumnya menjadi perbincangan hangat warganet karena pernikahannya dengan pemuda berusia 22 tahun, telah meninggal dunia pada hari Rabu, 6 September 2023. Ia menghembuskan nafas terakhirnya pada usia ke-77 tahun.
Kabar ini tersebar melalui media sosial dan pertama kali diunggah oleh akun Instagram @baturajapedia. Dalam caption postingan tersebut, akun tersebut menulis, โTurut Berduka Cita Sedalam dalamnya Untuk Selamet dan Keluarga yang ditinggalkan. Semoga Almarhumah nenek Rohaya diterima disisi Allah swt. Aamiin.โ
Kepedihan yang dirasakan oleh suami nenek Rohaya, Slamet (22), tidak terbantahkan. Ini karena Slamet pernah berjanji untuk hidup bersama istrinya seumur hidup.
Nenek Rohaya meninggal dunia di kediamannya di Kabupaten OKU Selatan, Sumatera Selatan.
Meskipun ada perbedaan usia yang cukup besar, 55 tahun, cinta antara mereka tidak pernah luntur. Ini dosampaikan oleh Kuswoyo, kepala desa tempat pasangan ini tinggal.
โMereka bilang mereka akan mati jika tidak menikah. Mereka bilang mereka sangat mencintai satu sama lain dan jika salah satu dari mereka meninggal, yang lain juga akan mati,โ ungkapnya.
Pernikahan Slamet Riyadi dan nenek Rohaya, yang terjadi pada tahun 2017, saat itu Slamet berusia 16 tahun dan nenek Rohaya berusia 71 tahun, awalnya dianggap kontroversial. Namun, pernikahan ini telah bertahan hingga tahun ke-6 pada 2023, ย meskipun menghadapi banyak kritik dan kendala.
Slamet Riyadi, yang hanya menyelesaikan pendidikan hingga kelas 2 SD sebelum putus sekolah, mengakui bahwa ia mencintai nenek Rohaya atas dasar cinta sejati, tanpa memedulikan faktor usia, kekayaan, atau penampilan. Cinta mereka tumbuh ketika mereka bertemu secara kebetulan di tempat tinggal yang sama.
Slamet bahkan pernah meminta restu orang tuanya atas keingiannya untuk menikah dengan nenek Rohaya.
Awalnya, ketika dia tidak mendapat restu, dia bahkan nyaris bunuh diri. Akhirnya, orang tuanya setuju untuk mengizinkannya menikah.
Kedua pasangan ini tinggal di Desa Karang Endah, Kecamatan Lengkiit, Kabupaten Ogan Koemring Ulu, Sumatera Selatan, dan Slamet sangat bahagia dengan pernikahannya. Dia berkata, โKami menikah tanpa ada tekanan. Kami berdua benar-benar saling mencintai. Kami memiliki malam pernikahan yang luar biasa.โ
Namun, setelah menikah, Slamet terbukti menjadi sosok yang cemburuan dan posesif. Nenek Rohaya menceritakan bahwa Slamet masih sangat mencintainya, tetapi memiliki sifat cemburu yang berlebihan.
Hal ini menyebabkan Slamet sering mengunci istrinya di rumah agar tidak bertemu dengan pria lain.
Meskipun Slamet bekerja serabutan hingga larut malam, nenek Rohaya rela menghabiskan waktu sendirian di rumah karena cinta mereka yang begitu kuat.
Slamet mengatakan bahwa sejak kecil dia sering sakit-sakitan, dan hanya nenek Rohaya yang dengan tulus merawatnya. Bahkan, nenek Rohaya yang tidak memiliki hubungan darah dengan Slamet, merawatnya tanpa lelah, yang membuat Slamet memanggilnya โBibik.โ
Kabar terbaru juga mengungkapkan bahwa Slamet ingin mengadopsi seorang anak untuk melengkapi rumah tangga mereka dengan nenek Rohaya. Namun, keinginan ini harus ditolak oleh nenek Rohaya karena alasan biaya dan kondisi kesehatannya yang sudah tidak memungkinkan untuk merawat bayi.
Di usia senjanya, nenek Rohaya sudah tidak mampu melakukan aktivitas berat dan bahkan memasak. Pasangan ini menghadapi kondisi ekonomi yang sulit, bahkan untuk mencukupi kebutuhan makanan. Namun, mereka tetap memilih untuk tinggal bersama di gubuk yang sudah reot, karena tidak memiliki alternatif lain.
Nenek Rohaya berasal dari Palembang dan ibunya dari Cirebon, dia telah menetap di Desa Karang Endah seumur hidupnya. Keluarga ini sering mendapat kunjungan dari Bhabinkabtimas Polsek Lengkiti, seperti yang dilakukan oleh Aiptu Irawan saat nenek Rohaya sakit.
Kini, Slamet harus merasakan kehilangan cinta sejatinya selamanya karena nenek Rohaya dikabarkan meninggal dunia. (AD)