MEDIA NUCA – Aktivitas wisata di Taman Nasional Komodo (TNK), Labuan Bajo, NTT dikabarkan akan ditutup pada tahun 2025 untuk alasan perlindungan dan pemulihan.
Kepala Balai Tanam Nasional Komodo (BTNK), Hendrikus Rani Siga mengungkapkan bahwa meskipun rencana penutupan tersebut sudah direncanakan, belum ada keputusan kapan persisnya penutupan itu dilakukan.
Siga juga menyebut bahwa pihaknya (BTNK) masih meninjau rencana tersebut apakah penutupan tersebut hanya sementara waktu, permanen atau hanya sebagian.
“Tahun ini, peninjauan (terhadap rencana penutupan TNK) mestinya rampung. Dan diharapkan pertengahan tahun depan rencana ini sudah diterapkan per tahap,” terang kepala BTNK Hendrikus Rani Siga kepada media pada, Senin (15/7/2024).
Rencana BTNK tersebut diperkirakan akan mengejutkan para pengunjung dan pecinta binatang. Namun demikian, Siga membeberkan alasan di balik rencana tersebut. Salah satunya ialah untuk pemulihan taman nasional setelah aktivitas wisata yang intens selama beberapa tahun terakhir.
“Kita mesti menyediakan area, sekaligus sumber daya alam di Taman Nasional Komodo, dengan kesempatan untuk ‘istirahat dan pemulihan’ dari tekanan yang disebabkan oleh aktivitas wisata, yang akhir-akhir ini menjadi sangat intens dan cenderung meningkat,” lanjut Siga.
Lebih jauh, penutupan TNK dari aktivitas wisata juga dapat menyebabkan beralihnya perhatian wisatawan ke titik-titik wisata lain di Pulau Flores. Siga menyebut bahwa sejauh ini kunjungan wisatawan ke Pulau Flores sebagian besar terfokus hanya pada TNK, padahal ada banyak spot wisata lain di sepanjang Pulau Flores yang tak kalah memukau.
Terpisah, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Satyawan Pudyatmoko telah mengungkapkan dukungannya terhadap rencana BTNK untuk menutup aktivitas wisata di TNK. Kepada insan pers, Pudyatmoko menyebut bahwa kesehatan dan kesejahteraan satwa langka Komodo tidak bisa ditawar.
“Taman Nasional Komodo adalah destinasi wisata favorit. Oleh karena itu perlu perawatan yang lebih intensif. Hewan, serta lingkungan sekitarnya, membutuhkan pemulihan. Sekadar membuat mereka disorot saja tidak cukup; mereka juga membutuhkan perlindungan dan pemulihan,” tegas Pudyatmoko pada, Selasa (16/7/2024).