MEDIA NUCA โ Dampak pandemi Covid-19 terhadap sektor pariwisata di Bali telah memberikan tekanan signifikan pada perekonomian pulau ini. Banyak warga yang kehilangan pekerjaan akibat situasi ini. Namun, di tengah tantangan ini, masyarakat Nusa Lembongan menemukan solusi dengan kembali memfokuskan diri pada usaha budi daya rumput laut yang memiliki sejarah panjang sejak tahun 1984.
Minat terhadap budi daya rumput laut kini semakin tinggi. Industri rumput laut dalam negeri memerlukan pasokan bahan baku yang stabil, dan usaha budi daya rumput laut di Nusa Lembongan menjadi penopang utama.
Dalam kunjungan terbarunya ke Provinsi Bali, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bersama delegasinya turut memberikan perhatian khusus kepada industri ini.
Pada Sabtu (12/8/2023), Menko Airlangga mengunjungi Desa Lembongan, Nusa Lembongan, Kabupaten Klungkung, untuk meninjau langsung lokasi budi daya rumput laut. Dalam interaksinya dengan para pembudi daya, Menko Airlangga bahkan turun langsung ke lahan budi daya, mempraktekkan cara-cara terbaik dalam mengelola usaha ini.
Nusa Lembongan memiliki potensi lahan budi daya rumput laut yang besar, namun baru sekitar 40% dari potensi ini yang dimanfaatkan. Dalam sebulan, produksi mencapai 160 ton kering. Program kampung perikanan budi daya rumput laut yang dicanangkan oleh Pemerintah menjadi salah satu langkah penting dalam pengembangan sektor ini.
Meskipun awalnya terdapat 500 pembudi daya yang tergabung dalam 18 kelompok, situasi kembali membaiknya sektor pariwisata pasca pandemi menyebabkan sebagian dari mereka kembali ke dunia pariwisata. Saat ini, terdapat sekitar 300 pembudi daya yang aktif di Nusa Lembongan.
Harga rumput laut meningkat secara signifikan selama pandemi, mencapai Rp49.000 per kg, tiga kali lipat dari harga saat ini. Meskipun demikian, masyarakat Nusa Lembongan memiliki tekad kuat untuk tetap menjadikan budi daya rumput laut sebagai sumber andalan di masa-masa sulit seperti pandemi Covid-19.
Wayan Ujiana, seorang pemimpin di komunitas pembudi daya, menyatakan bahwa saat ini mereka membutuhkan pasokan bibit baru untuk menjaga kelangsungan usaha ini.
Menko Airlangga memberikan jaminan bahwa Pemerintah akan mengkoordinasikan kebutuhan ini untuk mendukung perkembangan budi daya rumput laut.
Hasil produksi rumput laut Nusa Lembongan biasanya diekspor ke Surabaya dan juga menjadi sumber bahan baku industri rumput laut dalam negeri. Dengan perkembangan industri rumput laut yang berkelanjutan, harapannya adalah dapat memberikan kontribusi positif bagi perekonomian daerah, wilayah perbatasan, dan juga secara keseluruhan pada perekonomian nasional.
Para pembudi daya rumput laut berharap agar Pemerintah memberikan perhatian khusus terkait stabilisasi harga, perlindungan dari gangguan hama penyakit, dan juga pembinaan yang baik, baik dari Pemerintah pusat maupun daerah, untuk menjaga keberlanjutan usaha ini. (AD)