Home ยป Rana Masa, Kampung yang Terabaikan di Matim: Berjuang untuk Akses Jalan Raya

Rana Masa, Kampung yang Terabaikan di Matim: Berjuang untuk Akses Jalan Raya

by Media Nuca

MEDIA NUCA โ€“ Rana Masa atau Mengge, sebuah kampung yang terletak di Desa Golo Munga Barat, Kecamatan Lamba Leda Utara, Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) โ€“ Flores, merupakan suatu daerah yang terisolasi dan sepenuhnya diabaikan oleh Pemerintah Daerah Manggarai Timur.

Hingga saat ini, belum ada upaya yang dilakukan oleh Pemda Manggarai Timur untuk membuka akses jalan raya menuju kampung Mengge ini. Seolah-olah Pemda Manggarai Timur tak peduli atau bahkan tidak menyadari keberadaan kampung ini.

Selama puluhan tahun, kampung ini belum menerima perhatian serius dari pemerintah pusat maupun daerah, sehingga pembangunan di sana benar-benar belum ada sama sekali.

Kampung Rana Masa atau Mengge terletak di lereng utara Gunung Golo Munga Barat. Satu-satunya cara untuk mencapai kampung ini adalah melalui jalan setapak, dengan jarak sekitar 5 kilometer dari Laci, yang membutuhkan waktu sekitar 2 jam perjalanan.

Kendaraan roda dua maupun roda empat belum pernah mencapai kampung terpencil ini. Saat warga perlu membawa hasil pertanian mereka ke kota Reok, mereka harus membawanya sendiri dari kampung hingga ke kampung Laci.

Berkunjung ke Rana Masa atau Mengge juga harus dilakukan dengan berjalan kaki dari kampung Laci, Desa Nampar Tabang. Medan yang sulit dapat menjadi hambatan selama perjalanan menuju kampung tersebut, terutama karena rute melibatkan jalan curam.

Bahkan, perjalanan sendirian ke sana, terutama pada malam hari, akan menjadi tantangan yang signifikan. Tidak ada alternatif lain yang lebih cepat.

Untuk mencapai kampung ini, diperlukan perjalanan naik-turun lembah melalui kawasan hutan lindung Golo Munga, yang membutuhkan tenaga ekstra.

Para pejalan kaki yang berkunjung ke kampung ini disarankan untuk mengenakan sepatu karena jalan setapak penuh dengan batu cadas yang licin. Suara air mengalir dan nyanyian burung menyertai perjalanan menuju kampung ini, yang dikenal sebagai penghasil jambu mete dan kemiri.

Di sepanjang jalan menuju Rana Masa, terdapat mata air alami yang cukup deras yang dikenal dengan nama Wae Wulang, yang digunakan sebagai sumber air minum bersih oleh masyarakat kampung itu.

Mata air Wae Wulang ini bahkan telah disalurkan melalui pipa untuk menyediakan air bersih bagi warga di Dampek, Desa Satar Padut, Kecamatan Lamba Leda Utara, wilayah pantai utara yang juga disebut jalan Pantura Kabupaten Manggarai Timur.

Tanaman komoditi seperti kemiri dan jambu mete milik masyarakat setempat menghiasi pinggir jalan sebelum memasuki kampung itu.

Rana Masa atau Mengge memiliki dua tempat pemukiman warga, โ€œGolo Waโ€ (tempat pemukiman di bagian bawah) dan โ€œGolo Etaโ€ (tempat pemukiman di bagian atas).

Kampung ini dihuni oleh beberapa suku, termasuk suku pupung, suku reca, suku lantar, suku rengkam, dan suku welek. Gendang dipimpin oleh suku mayoritas, yaitu suku reca.

Di Rana Masa, terdapat Sekolah Dasar Inpres (SDI) Mengge tempat anak-anak masyarakat setempat mengejar pendidikan. Selain itu, ada Kapela (tempat ibadah bagi umat Katolik).

Mayoritas penduduk Rana Masa adalah petani, dan hasil pertanian mereka dijual di Reok, ibu kota Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai.

Namun, petani harus memikul beban hasil pertanian mereka ke Laci, salah satu kampung yang terletak di ruas jalan Benteng Jawa โ€“ Satar Teu, jika ingin menjual hasil komoditi atau membeli kebutuhan pokok mereka seperti beras dan minyak goreng.

Oleh karena itu, akses jalan raya menjadi kebutuhan mendesak bagi warga Rana Masa atau Mengge. Dengan infrastruktur yang memadai, perekonomian mereka bisa mengalami peningkatan.

Namun, Pemerintah Desa Golo Munga menghadapi hambatan karena sebagian lahan yang menuju ke kampung ini termasuk dalam kawasan hutan lindung.

Oleh karena itu, Pemerintah Desa Golo Munga, Kecamatan Lamba Leda harus mengupayakan kerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk penggunaan kawasan hutan lindung tersebut. (AD)

Oleh: Aristo Jeling

You may also like

Leave a Comment

TENTANG KAMI

MEDIA NUCA berfokus pada isu-isu politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Media ini bertujuan untuk menyajikan informasi yang relevan dan berimbang dari tingkat internasional, nasional, hingga tingkat lokal.

Feature Posts