MEDIA NUCA โ Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, Ahmad Muzani, memberikan respons terhadap kritik yang muncul terkait โjoget gemoyโ yang kerap dilakukan oleh Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
Dalam pernyataan tertulisnya pada Rabu (29/11/2023), Muzani menegaskan bahwa โjoget gemoyโ tidak melanggar prinsip demokrasi.
โGemoy atau gimik bukan sesuatu yang melanggar prinsip demokrasi. Karena rakyat pada akhirnya akan menentukan pilihannya di kotak suara,โ kata Muzani.
Menurut Muzani, Partai Gerindra dan partai koalisi tidak terpengaruh oleh kritik yang diterima. Ia menekankan bahwa gimik politik yang dilakukan tidak menghilangkan substansi dan gagasan.
โKita tenang-tenang saja menghadapi kritik, hujatan, hoaks, dan fitnah dengan cara itu. Lantas itu dianggap sebagai sebuah cara yang menghilangkan substansi demokrasi dan tidak menawarkan gagasan ide dalam demokrasi,โ ucap dia.
Muzani juga menyatakan bahwa tingkat kesukaan publik terhadap Prabowo justru meningkat, terutama di kalangan kaum muda. Menurutnya, kreativitas tim yang mengemas Prabowo dengan gimik gemoy telah berhasil menciptakan dampak positif di kalangan milenial dan Gen Z.
โJangan serang kami ketika kreativitas dan inovasi yang kita lakukan dengan santuy, dengan gemoy dianggap menghilangkan substansi demokrasi,โ ujarnya.
Meskipun demikian, kritik terhadap โjoget gemoyโ Prabowo tidak dapat dihindari. Salah satu kritik datang dari Jubir Timnas Anies-Muhaimin, Surya Tjandra, yang menganggap gimik tersebut berbahaya dan mirip dengan gaya kampanye Ferdinand Romualdez Marcos di Pilpres 2022 di Filipina.
Surya Tjandra membandingkan strategi kampanye Prabowo-Gibran dengan kampanye Bongbong Marcos, putra dari mantan diktator Filipina, Ferdinand Marcos.
Ia mengungkapkan kekhawatirannya bahwa kampanye semacam itu dapat memanipulasi opini publik, terutama di kalangan anak muda yang cenderung hanya melihat citra di permukaan.
โBerbahaya sekali ya. Model-model kampanye yang mirip-mirip sama kasusnya di Filipina kan. Bongbong Marcos yang anaknya Ferdinand Marcos, otoritarian semacam orde baru dulu, bisa come back karena memanipulasi,โ kata Surya dalam Political Show CNN Indonesia TV, Senin (27/11) malam.
Dengan demikian, polemik seputar โjoget gemoyโ Prabowo Subianto terus menjadi sorotan, sementara Partai Gerindra bersikeras bahwa pendekatan kreatif ini tidak merusak esensi demokrasi dan berhasil menarik perhatian positif dari kalangan milenial dan Gen Z. (AD)