Home » Cerita di Balik Lagu “Silent Night” yang Masyhur

Cerita di Balik Lagu “Silent Night” yang Masyhur

by Media Nuca

MEDIA NUCA – Pada tanggal 24 Desember 1818, 205 tahun yang lalu, lagu “Stille Nacht” (Silent Night) dinyanyikan untuk pertama kalinya. Saat ini, lagu Natal yang indah dan wajib dinyanyikan malam Natal di seluruh gereja itu telah diterjemahkan ke dalam sekitar 300 bahasa.

Akan tetapi pernahkah Anda bertanya bagaimana lagu itu ditulis? Simak kisah ini.

Dua tahun sebelum Natal tanggal 24 Desember 1818, di sebuah desa kecil di Mariapfarr, Austria, seorang pastor Austria bernama Joseph Mohr menulis lirik lagu yang diberi judul, “Stille Nacht” ini untuk pertama kalinya.

Dikisahkan bahwa saat itu, Pastor Mohr yang sedang melayani di paroki St. Nicholas di Oberndorf, Austria, di larut senja beberapa waktu sebelum natal tahun 1816 mendapat panggilan keluar untuk memberkati bayi yang baru lahir, anak salah seorang anggota gerejanya.

Sepulangnya dari pemberkatan itu, ia terpukau dengan keindahan malam penuh bintang. Suasana itu mengingatkannya pada bayi mungil yang baru saja dikunjunginya, juga pada bayi Yesus yang lahir di malam yang penuh kedamaian.

Pastor Mohr lalu duduk di pinggir sungai sambil menuangkan imajinasi dan refleksinya menjadi baris-baris puisi untuk mengungkapkan peristiwa iman, yakni inkarnasi Allah yang luar biasa menyentuh. Puisinya itu ia beri judul “Stille Nacht, heilige Nacht” (Malam Sunyi, Malam Kudus).

Pada tahun 1818, guru sekolah dan organis gereja bernama Franz Gruber membuatkan musik untuk puisi berjudul Stille Nacht, heilige Nacht itu dan menampilkannya untuk pertama kalinya dengan gitar, bukan organ, pada misa tengah malam Natal di Gereja St. Nicholas di Oberndorf, Austria.

Pastor Joseph Mohr sendiri lahir di Salzburg pada 11 Desember 1792 dari pasangan Anna Shoiber dan Franz Mohr.

Ia dikandung di luar nikah, hal mana tidak dapat diterima secara sosial, membuatnya menjadi orang buangan.

Terlebih lagi, ayahnya meninggalkan ibunya ketika ibunya hamil. Dalam situasi seperti itu, Anna dan Joseph muda menderita secara sosial dan finansial.

Akan tetapi, berkat Tuhan tak beranjak jauh darinya. Johann Nepomuk Hiernle, ketua paduan suara gereja, ternyata memperhatikan kemampuan musik Joseph dan memastikan Joseph menerima pendidikan termasuk belajar organ, gitar, dan biola.

Peluang ini akhirnya menuntun Joseph memilih masa depan dalam imamat, memasuki seminari di Salzburg pada usia 19 tahun dan ditahbiskan pada tahun 1815 pada usia 23 tahun.

“Dia pertama kali bertugas di desa Mariapfarr, tempat tinggal kakeknya, dan tempat dia menulis teks ‘Silent Night’ (atau ‘Stille Nacht’) pada tahun 1816,” tulis Steve Huey.

Selain kisah malam sunyi yang penuh bintang dan bayi mungil yang ia baptis, Lukisan Maria dan tiga raja (orang bijak) di sisi gereja abad ke-12 yang dikenal dengan judul “Zu unserer Lieben Frau” (Untuk wanita tercinta kita) di Mariapfarr, juga diduga menjadi inspirasi puisi enam bait Mohr itu.

“Ungkapan ‘Bayi suci, nan lemah lembut’ mengingatkan kita pada Bayi Yesus berambut pirang keriting yang digambarkan dalam lukisan itu.”

Menyebar luasnya lagu ini bisa dikatakan hampir tak sengaja. Menurut kisah, organ di St. Nicholas saat itu rusak, hal mana bisa jadi alasan mengapa “Stille Nacht” pertama kali dibawakan dengan gitar, bukan dengan organ.

Untuk memperbaiki organ gereja yang rusak itu, seorang tukang reparasi organ bernama Karl Mauracher kala itu dipanggil ke gereja. Mauracher sempat mendengarkan lagu tersebut dan membawa salinan teksnya ke rumahnya di lembah Ziller dekat Tyrol, Austria.

Timothy Garton Ash dari Irish Times menulis “Di sana dia (Mauracher) memainkan atau menyanyikannya untuk keluarga penyanyi bersaudara, Strassers, yang tampaknya mirip dengan geng Julie Andrews di The Sound of Music. Strasser bersaudara kemudian memasukkan Silent Night ke dalam repertoar mereka saat mereka berkeliling Eropa tengah berbahasa Jerman untuk menjual sarung tangan dan lagu-lagu yang menggetarkan.”

Sejak itu, lagu Natal itu segera menjadi bagian tradisional Natal di negara-negara berbahasa Jerman. Hebatnya, “Stille Nacht” menjadi lagu Natal favorit raja Prusia Friedrich Wilhelm IV!

Selanjutnya, lagu versi Jerman ini menjadi populer di Amerika Serikat dua dekade sebelum diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.

“Stille Nacht” dibawakan untuk pertama kalinya di Amerika di Central Park, Manhattan, di Monumen Alexander Hamilton oleh keluarga Rainer, sekelompok penyanyi bersaudara lainnya pada tahun 1839. Lagu ini baru diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh John Freeman Young pada tahun 1863.

Itulah kisah di balik lagu teduh dan agung “silent night.”

You may also like

Leave a Comment

TENTANG KAMI

MEDIA NUCA berfokus pada isu-isu politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Media ini bertujuan untuk menyajikan informasi yang relevan dan berimbang dari tingkat internasional, nasional, hingga tingkat lokal.

Feature Posts