MEDIA NUCA โ Puluhan ribu demonstran turun ke jalan-jalan di Israel pada hari Selasa dalam protes hari kerja terbesar dalam beberapa bulan terakhir menentang upaya pemerintah untuk memperbarui sistem peradilan negara.
Demonstrasi ini menjadi sorotan utama di seluruh negara dan mengakibatkan kemacetan lalu lintas di Tel Aviv serta kekacauan di bandara Ben Gurion.
Dilansir dari CNN, (11/7/2023), Foto dan video yang dirilis oleh penyelenggara protes dan Kepolisian Israel menunjukkan aksi protes di berbagai kota termasuk Haifa, Petach Tikva, Beer Sheva, dan Hod Hasharon. Hingga saat ini, sebanyak 71 orang telah ditangkap, dengan 45 di antaranya telah dibebaskan.
Demonstran berbaris di Mahkamah Agung di Yerusalem, memblokir Jalan Tol Ayalon di Tel Aviv, dan berkumpul di pantai-pantai Mediterania sebagai bentuk perlawanan terhadap upaya pemerintah yang mereka anggap sebagai tindakan โtidak wajarโ.
Protes ini merupakan kelanjutan dari serangkaian demonstrasi yang telah berlangsung selama berbulan-bulan dan telah mengganggu kehidupan sehari-hari di negara tersebut.
Sebelumnya, pada bulan Maret, rencana reformasi tersebut ditunda setelah adanya mogok umum yang melumpuhkan sebagian besar sektor ekonomi Israel.
Rencana reformasi peradilan yang kontroversial ini diusulkan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan sekutunya. Mereka berpendapat bahwa reformasi ini diperlukan untuk mengimbangi kekuasaan antara pengadilan, anggota parlemen, dan pemerintah.
Namun, para penentang rencana ini mengkhawatirkan bahwa langkah-langkah tersebut akan mengancam demokrasi dan mengubah Israel menjadi kediktatoran dengan menghilangkan kendali terpenting terhadap tindakan pemerintah.
Para pendukung reformasi berpendapat bahwa Mahkamah Agung telah melampaui perannya dan menjadi kelompok yang tertutup dan elitistis. Mereka berpendapat bahwa perubahan dalam sistem peradilan diperlukan untuk mengembalikan keseimbangan dan memberikan kontrol yang lebih besar kepada parlemen.
Meskipun beberapa elemen kontroversial telah dihapus dari rencana reformasi, protes massal ini menunjukkan bahwa ketegangan antara pendukung dan penentang reformasi peradilan masih tinggi.
Pemungutan suara kedua dan ketiga tentang RUU tersebut dijadwalkan pada tanggal 24 Juli, dan hasilnya akan menjadi penentu arah perubahan peradilan di Israel. (AD)